Andru hanya tersenyum "Udah deh nurut aja. Kamu kedinginan kan?" tanyanya. Akupun segera menganggukan kepala.
"Wedang ronde maksudmu?" tanyaku setelah terhenti didepan gerobak kayu bertuliskan Ronde tersebut. Wedang ronde adalah minuman tradisional asli dari Jawa. Berkuah air jahe hangat dan berisikan ronde, kacang tanah, potongan roti tawar, dan kolang-kaling.
Lagi-lagi Andru hanya menampilkan senyum ice-breaker nya lagi "Iya hehe. Kamu nggak suka?"
"Hah? Enggak kok, aku suka sumpah" jawabku
"Yaudah yuk pesen. Aku yang traktir" aku hanya bisa nyengir pasrah. Lalu ia pun memesan 2 mangkuk wedang ronde dan mencari tempat yang nyaman buatku dan dia. Akhirnya, ia memilih tikar yang didekat pinggiran jalan. Aku pun duduk. Tak lama, pesanan kami datang.
"Jadi, kamu ini orang Jogja asli?" tanya Andru membuka pembicaraan
"Iya Jogja tulen, kamu sendiri kak Andru?" aku memanggilnya kak, mengingat dia satu tahun lebih tua dibandingkan dengan diriku.
"Bukan, aku asli Jakarta dan lahir disana. Tapi saat SMA kelas 1 aku pindah Jogja karena bisnis ayahku merambah ke Jogja" ia bercerita, aku hanya menyimak. "Oh ya, dan tolong jangan panggil aku kak. Cukup Andru saja. Ayolah, kita hanya beda 1 tahun" lanjutnya menatapku serius
"Oh oke, baiklah kalau itu yang kau mau"
"Well.. Oh ya, aku penasaran. Bagaimana kamu bisa mengenal Heffin? Suami Bianca" tanyanya membuatku setengah terkejut, mataku membulat.
Aku menarik napas panjang "Heffin.. Dia temanku sejak aku duduk di bangku SMP" mataku menerawang jauuh. Mengembalikan memori-memori manis itu kedalam ingatanku. Aku melirik Andru, dia terdiam. Siap untuk mendengarkan ceritaku "Dia cinta pertamaku, duduknya persis di meja sebelahku depan meja guru. Dia tau aku menyukainya, dan tak kuduga dia pun punya perasaan yang sama. Tapi kami malu untuk mengungkapkan satu sama lain, kami berdua tidak pernah pacaran" aku terdiam sejenak
"Lalu?" tanya Andru
"Lalu, sahabatku Shinta datang padaku dan bercerita bahwa dia sedang menyukai seseorang. Seseorang itu adalah Heffin. Aku mencoba untuk tetap tenang dan tidak menceritakan bahwa aku juga sangat mencintainya kala itu. Aku hanya takut untuk kehilangan Shinta. Pada akhirnya aku hanya mengalah. Sulit rasanya untuk menahan perasaan 'hanya teman' pada Heffin."
"Pada akhirnya?" timpal Andru
Aku meliriknya sekilas "Pada akhirnya, antara kami bertiga saling menahan perasaan. Kami tidak mau merusak persahabatan kami, tidak ada yang pacaran. Kini Shinta melanjutkan studi nya di luar negeri menjadi koki, lalu Heffin pun menikah dengan Bianca, dan aku... aku disini. Tidak tau akan melanjutkan hidup bagaimana. Entahlah" aku menutup ceritaku yang panjang
"Kau sungguh....." kata Andru
Aku menaikkan alis "Sungguh apa?"
"Kau sungguh sosok gadis yang kuat" ujarnya membuat tatapan mataku bertemu dengan mata hazel nya. Aku hanya terdiam. Sungguh, ada sesuatu yang menarik dalam diri laki-laki ini.
Aku merasakan hembusan napasnya yang hangat. Wajahku hanya beberapa centi lagi dengan wajahnya. Bibirku bersentuhan dengan bibirnya yang tipis itu, hangat menjalar di pipiku. Aku memejamkan mata. Bibirnya yang lembut, seperti marshmallow. Aku membalas ciuman manisnya. Menikmati setiap detik bersamanya. Aku tersadar, aku segera melepas ciumanku. Ia sedikit terkejut.
"Aku sungguh minta maaf, aku lepas kontrol. Maafkan aku Carissa" ujarnya meminta mohon
"Tidak apa-apa. Maafkan aku juga." aku memaafkannya
"Sudah jam setengah sepuluh malam. Kau harus pulang Carissa. Aku antar ya" tawarnya padaku. Aku hanya bisa mengangguk canggung. Tidak berani menatap mata hazel itu dan berjalan menuju mobil Andru.
***
Andru membukakan pintu mobil setelah sampai tepat di depan rumahku. Lalu ia tersenyum ringan. Aku masih sedikit canggung untuk berbicara padanya.
"Well.. terimakasih untuk malam ini kau sudah mau menemaniku" ujar Andru memecah kesunyian diantara kita.
"Aku yang harusnya berterimakasih karena mengajakku jalan-jalan" jawabku
"Jujur, aku seneng bisa jalan sama kamu malam ini. Walaupun, maaf tadi ada kejadian tidak mengenakkan terjadi. Maaf sekali, aku tidak bermak--"
Aku tersenyum kecil "Sudah, nggak papa. Nggak usah diungkit lagi" Ia pun menangguk "Uh oh.. well.. aku masuk dulu ya" lanjutku terbata lalu berjalan memasuki rumah.
"Carissa!" teriak Andru. Refleks akupun menoleh
"Terimakasih banyak" ia menyeringai manis menampilkan deretan gigi yang rapi dan satu lesung pipi di pipi kanannya. Aku hanya bisa mengangguk lalu tersenyum. Sungguh laki-laki itu sangat menarik.