Angin berhembus kencang meniupkan rambutnya yang kini telah kusut. Gemuruh bersahut-sahutan di langit pertanda akan hujan lebat. Tetapi gadis itu tetap bergeming, tidak menunjukkan sama sekali ia akan beranjak dari tempatnya. Butiran-butiran air menetes dari langit bersamaan dengan buliran air mata yang mengalir di pipi gadis itu. Langit seperti ikut merasakan kepedihan yang dirasakan gadis itu.
***
Siang itu, perpustakaan sepi. Hanya ada beberapa anak, termasuk Salma di dalamnya. Dari kejauhan Yasha berlari menuju ke arah Salma.
"Sal, lo harus tau sesuatu. Tapi lo harus ikut gue" ujar Yasha dengan heboh.
"Ada apa sih? Males ah" jawab Salma, tapi tanpa ba-bi-bu Yasha langsung menarik tangan Salma menuju kafetaria.
"Liat tuh pacar lo jalan sama siapa" tunjuk Yasha pada dua orang yang duduk berdampingan di salah satu sudut dalam kafetaria.
Salma menatap dalam diam. "Iya, gue tau kok"
Shita kebingungan "Dia junior kita kan? Namanya Diandra bukan sih?" cerocosnya.
"Iya, Yas"
Gadis itu mengguncangkan bahu Salma "Lo kok diem aja sih?"
Salma tersenyum dipaksakan "Karena gue percaya sama Reyvan" walau dalam hatinya pun ia ragu. Hatinya telah remuk redam.
Salma tersenyum dipaksakan "Karena gue percaya sama Reyvan" walau dalam hatinya pun ia ragu. Hatinya telah remuk redam.
***
Hujan masih membasuh kota Bandung. Membiarkan gadis itu tenggelam dalam kenangannya sendiri. Ia bahkan tak peduli pakaiannya telah basah kuyup karena guyuran hujan.
"AAAAAARRRGGGHHH!!!!!" teriaknya bersamaan dengan gemuruh yang bersahutan. Menangisi setiap kejadian yang telah lalu.
Lalu sebuah jaket tebal tersampir di bahu Salma dan sebuah payung yang meneduhkannya. Salma tidak menghiraukan gadis yang kini telah duduk disampingnya dan memayungi mereka berdua dari hujan.
"Sebenernya gue kurang apa buat Reyvan, Yas? Jawab gue Yasha" tanya Salma diantara tangisnya.
Yasha tidak menjawab. Ia membiarkan Salma untuk menumpahkan segala emosi dan kesedihannya. "Lo inget nggak dulu lo pernah bilang sama gue jangan pacaran sama Reyvan karena dia nggak baik buat gue? Dan gue menentang lo Yas. Karena gue percaya sama Reyvan" ujar Salma.
"Gue perjuangin dia sendirian, gue coba sabar, gue coba buat jadi pacar yang terbaik buat dia. Gue sayang sama dia. Tapi apa yang dilakuin Reyvan ke gue itu sakit banget. Gue hancur, remuk Yas.. Gue mencoba tetap bertahan sama dia, gue percaya dia bisa berubah. Tapi apa Yas? Dia lebih milih sama Diandra daripada sama gue. Gue kurang apa Yas? Gue kurang apa?" lanjutnya masih sesengukan.
Yasha menghela napas "Lo nggak kurang apa-apa Sal. Lo cuma terlalu baik sama dia. Dianya aja yang brengsek. Dia buta nggak pernah sadar ada yang benar-benar menyayanginya"
"Betapa idiotnya gue, Yas"
"Satu hal yang perlu lo tau, jangan pernah sia-siakan airmata lo membujur kaku demi seseorang yang bahkan lebih mementingkan egonya daripada menyadari ada seseorang yang selalu ada disisinya." jawab Yasha.
Salma menunduk, lalu menghapus sisa airmatanya di pipi "What should i do in my life without him, Yas?"
"Tunjukkan bahwa lo bisa bahagia tanpa dia, semoga dengan begitu dia akan sadar dan menyesal. You'd better move on and find the new one. The good one. You deserve better than him, Sal. Trust me." ujar Yasha, sahabat terbaik yang pernah dimiliki Salma.
"Ayo kita pulang"
Heart Of Gold - Birdy
Yogyakarta, 26 Mei 2014