Welcome to iniadalahcurhatku.blogspot.com | Please do not copy anything, hargai karya orang lain. Thankyou.

Minggu, 05 Februari 2012

Untukmu, Si Pemilik Tawa Khas

Kelas Bahasa Arab, 1 Februari 2012

Untukmu, laki-laki yang tak pernah terduga..

Aku terdiam membisu. Memutar otak agar sosokmu kembali berotasi dalam otakmu. Berharap bayanganmu mengendap dalam jutaan sel di otakku. Taukah kamu kalau aku hanya membutuhkan beberapa menit untuk sadar bahwa hal seperti itu tak seharusnya kulakukan?

Tak ada yang dapat mengecoh takdir, atau memang Tuhan ikut andil menjadi jembatan penyebrang antara aku dan kamu? Siapa bisa menyangka? Kala itu, tahun 2009 aku memasuki sekolah baruku setelah penerimaan siswa baru. Aku duduk berseberangan meja denganmu, kala itu kau duduk sendiri. Mungkin saat itu aku tak memperhatikanmu. Mungkin saat itu aku menganggapmu terlalu asing bagiku. Mungkin saat itu aku juga tak menyangka kau diam-diam memperhatikanku dalam sudut rahasiamu. Dan kini aku pun tau.

Hey, kau tau? Kau ini sangat misterius! Sosokmu itu membuatku susah payah mencari tau tentangmu. Aku penasaran padamu. Sampai suatu saat, perasaan itu datang tiba-tiba tanpa permisi. Aku menyukaimu! Terlalu cepatkah persepsi itu kuajukan? Salahkah bila aku menyukaimu terlalu cepat? Tanpa kusadari, diam-diam kau menyimpan sepotong pernyataan yang masih kau kunci rapat-rapat dalam hatimu untukku. Tapi aku tak mengerti itu semua, aku masih terlalu kecil untuk menguak sebentuk fakta itu.

Dari sahabat baikmu, akhirnya aku tau kau menyimpan perasaan yang sama padaku. Kau menyukaiku! Hey, kau tau? Setelah mendengar itu semua, rasanya melayang menerobos bintang, orbit bumi melambat, muncul kupu-kupu berterbangan dalam perutku. Tapi ternyata, kita-aku dan kamu- masih ada dinding tebal yang dibuat oleh Tuhan diantara kita. Kita tidak pernah menyatu, tepatnya kini kita BELUM menyatu.

Untukmu, laki-laki pemilik batik ungu dan mata bulat sayu..

Waktu dengan kejamnya berjalan tanpa henti tanpa melihat sekelilingnya. Takdir menjauhkanku darimu. Keterpaksaan itu muncul, tapi percuma saja aku memang harus pergi. Aku pindah sekolah. Tapi aku yakin itu adalah keputusan yang terbaik yang dipilih Tuhan untuk aku, kamu, dan orang-orang disekelilingku.

Disini, aku masih saja mengingat hal-hal kecil tentangmu. Di kakimu, selalu saja berganti-ganti dengan sepatu baru, sebenarnya kau punya berapa? Selalu memakai batik ungu pada hari Jum’at dan Sabtu. Anggota pramuka di kelompok Semut. Pemilik absensi 20. Wajah cerahmu saat memakai baju pramuka. Wajah seriusmu saat menuang cairan reaksi kimia. Si pemilik rangking 10 besar. Si pintar yang gila sepakbola, sampai ikut Sekolah Sepak Bola.

Tak ada yang salah dengan aku dan kamu saat ini. Hanya saja, terbentang jarak yang sangat jauh diantara kita. Dan kau sendiri membangun dinding tebal dalam hatimu, dan aku tak pernah berhasil untuk menerobosnya. Dapatkah kau peka sedikit dengan secuil perasaanku ini? Sial! Butuh berapa kali aku memohon padamu? Aku rindu padamu, sungguh.

Mungkin kau takkan membaca surat aneh dan tidak penting ini. Mungkin membaca judulnya saja kau sudah malas. Kau itu sama sekali tak terduga dan tak bisa ditebak pikirannya. Kau. Sedetik menjauh, sedetik mendekat. Membuatku mengorek harapan, kemudian kau jatuhkan aku dan hancurkan harapan yang kubangun.

Entah mengapa kau ini sama sekali tak terduga. Terkadang kau datang, hanya untuk sejenak, bertanya-tanya tanpa memperdulikan perasaan ku yang sudah campur aduk ini. Dan tanpa berpamitan padaku, kau tiba-tiba pergi begitu saja. Menghilang entah kemana. Dan begitu seterusnya. Bahkan aku saja kini tak tau bagaimana keadaanmu. Sedang apa kau disana? Apa koleksi sepatumu makin banyak? Apa kau masih suka memakai batik ungu mu dulu itu? Masihkah absensi mu nomor 20?

Dengan hal-hal kecil itu. Sosokmu yang begitu misterius dan tak terduga. Kenanganmu yang sampai ini, detik ini masih ada di sebagian besar hatiku. Aku masih mencintaimu, seperti dulu.


Dari seorang gadis yang menyayangi

Seorang laki-laki penggila sepakbola

Semenjak 3 tahun yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar