Welcome to iniadalahcurhatku.blogspot.com | Please do not copy anything, hargai karya orang lain. Thankyou.

Minggu, 29 Juli 2012

Sunny Day







SUNNY DAY:

Shirt: Unbranded
Jeans: D&G
Outer: Zara
Belt: Unbranded
Necklace: my mum's stuff
Shoes: Crocs
Photographer: Andre Suryaman

Simple Blue Stripes





SIMPLE BLUE STRIPES:

Dress: Prive
Shoes: Rotelli
Photographer: Jasmine Amelia

Sabtu, 28 Juli 2012

Chic On Vintage







CHIC ON VINTAGE

Dress: POMS
Outer: POMS
Shoes: Crocs wedges
Necklace: My mum stuff
Photographer: Jasmine Amelia

Sabtu, 21 Juli 2012

Cinta Pertama, Kau Kah Itu? (bagian 2)

Aku mengambil keputusan yang salah mengajak Laras bersepeda ke lembah UGM hari minggu, pagi ini. Anak gaulnya Jogja menyebut tempat ini sunmor. Entahlah. Pagi ini aku berniat untuk bersepeda merefresh kembali pikiranku dan mengajak sepupuku, Laras. Tapi apa daya, ia malah mengajak pacarnya untuk ikut. Yah jadilah aku disini, sendiri. Mereka berdua menghilang entah kemana.

Setelah aku memarkir rapi sepedaku, akupun berjalan diantara padatnya jalanan lembah UGM entah aku tak tau kemana. Aku tak punya tujuan. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli es goreng. Jajanan yang harganya hanya 2000 rupiah. Nama jajanan itu memang kedengarannya aneh, tapi rasanya tak kalah lezatnya. Aku pun harus mengantre untuk mendapatkannya. Setelah aku mendapatkannya, tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang menepuk pundakku.

"Carissa?" sapa suara itu. Mau tak mau akupun menoleh

"Heffin? Kok kamu bisa ada disini?" tanyaku penasaran

Ia tersenyum lembut "Iya, tadi aku cuma mau niat sepedaan doang sih"

"Loh kamu sendiri? Nggak sama... emm.. pacarmu itu?" tanyaku hati-hati

"Enggak. Aku sendiri" jawabnya singkat "Kamu sendiri juga kan? Keliling yuk" lanjutnya

"Yaudah, yuk!" Sebelumnya aku sama sekali tak menyangka akan bertemu Heffin disni. Aku pun berkeliling lembah UGM, Yogyakarta kala itu. Seaat setelah itu, Heffin pun mengajakku sarapan di salah satu warung-warung tenda di pinggir jalan.

Aku memesan lontong opor, dan dia memesan bubur ayam dan 2 gelas teh hangat. Masih sama. Seperti dulu. Belum ada yang berubah semenjak 3 tahun yang lalu. Selalu lontong opor, bubur ayam, dan 2 gelas teh hangat. Aku menatapnya. Aku rindu sorot matanya yang tajam. Lalu ia pun tersadar sejak tadi aku memperhatikannya.

"Kenapa?" tanyanya, alisnya hingga bertaut

aku tersenyum simpul "Nggak papa, pesenannya masih sama kayak dulu. Nggak pernah berubah"

Dia hanya tersenyum "Car, aku seneng bisa jalan kayak gini lagi sama kamu"

"Sama, aku juga Fin. Kalo boleh aku tau, kemaren itu pacarmu?" aku memelankan suara. Takut salah bicara

"Iya. Namanya Bianca" ujarnya. Lalu aku hanya terdiam dan kembali menyeruput teh hangatku. "Gimana kabar kamu sama Reza? Kalian putus?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Iya, cuma masalah sepele kok" jawabku. Dia hanya terdiam tak menanggapi "Semua sudah berubah Fin.." lanjutku. Dia menatapku dalam, aku bisa melihat dari sinar matanya. Sebuah kesedihan. Pandangan mata kita bertemu. Lalu ia tersadar dan mengalihkan pandangan.

"Udah yuk cabut, bayar dulu" ujarku memecah kesunyian yang sempat terjadi tadi. Ia pun berdiri dan segera membayar. Lalu berjalan keluar warung tenda itu menuju parkiran sepeda.

"Fin?" kataku. Ia hanya menjawab dengan gumaman

"Boleh aku jujur Fin? Aku kangen kamu. Kangen kita yang dulu, dulu 3 tahun yang lalu. Seandainya aku bisa mutar balik waktu, aku pengen ke masa-masa dimana kita bercandaan dan gila-gilaan bareng kayak dulu lagi. Aku sadar Fin, sadar itu semua kalo itu sekarang udah cuma sekedar kenangan aja. Sekranag itu bukan dulu kan Fin? Beda Kan?" ujarku lalu mengatur nafasku. Airmataku yang tak dapat kubendung pun mengalir.

"Udah Car.." ujarnya menghapus airmataku. Ia lalu memelukku, mencoba menenangkanku. Hangat rasanya.

"Aku. Kamu. Kita. Semua udah berubah Fin, semua udah beda. Aku sadar dan tau, aku nggak mungkin bisa menghabiskan waktu berdua sama kamu kayak dulu Fin. Dulu kita bebas, kayak nggak ada beban. Aku emang nggak secantik pacarmu, tapi aku sayang kamu. Dulu hingga saat ini Fin." ujarku masih sesengukan.

Ia mendekapku lebih erat, lalu mencium puncak kepalaku. Tak lama, ponsel Heffin berbunyi dan menyadarkanku dan Heffin untuk segera melepaskan pelukkan. Heffin pun mengangkat telfonnya.

"Hallo sayang?" oh, jadi itu Bianca.
"Hallo sayang, kamu tuh dimana sih?"
"Aku kan di sunmor"
"Sayaaang, ini tuh udah jam berapa? Pokoknya kamu kesini sekarang juga!"
"Kerumahmu? Ada apa?"
"Pokoknya kamu anterin aku"
"Tapi sayang...."
"Nggak mau tau, kamu kesini sekarang. Titik!"
"Oke oke, aku kesana sekarang" KLIK, telepon sudah terputus.

"Bianca?" tanyaku kemudian

"Iya." sahutnya singkat

"Yaudah gih buruan kesana. Nanti ada apa-apa lagi sama Bianca" jawabku getir

"Kamu nggak apa-apa kalo aku tinggal?" tanyanya khawatir

"I'm okay Fin" jawabku sok santai

"Oke, aku pergi dulu ya Car. See you" lalu ia mengayuh sepedanya dengan cepat. Melaju hingga menghilang dari pandanganku. Kamu nggak keliatan bahagia Fin sama Bianca. Aku nggak mengharapkanmu jadi pacarku Fin. Aku udah cukup bahagia kalo kita bisa mengulang masa-masa yang dulu sering kita lakuin. Lamunanku buyar ketika ada tangan menyentuh pundakku. Refleks aku menoleh.

"Laras? Darimana aja kamu?"

Kamis, 12 Juli 2012

Cinta Pertama, Kau Kah Itu? (bagian I)

Aku merebahkan diri di kasur empuk berwarna biru kesukaanku. Aku lelah dengan semua apa yang kubuat. Kepalsuan. Ya! Kepalsuan. Aku hanya memandangi langit-langit kamar dan terus mendesah. Betapa banyak kepalsuan yang berkecamuk dalam otakku. Kemudian pikiranku melayang kejadian tadi siang.

"Oh ya?! Puas kamu?!" Lengking suara laki-laki itu memecah keheningan

Aku menatapnya merasa bersalah "Maaf.. Aku minta maaf banget Za" menahan isak tangisku

Laki-laki bernama Reza tersebut menghela nafas "Udahlah ya, cukup buat semua ini"

"Aku udah coba Za, tapi aku nggak bisa. Maafin aku.." Tangisku pun pecah. Aku tak peduli orang-orang memperhatikanku dengan tatapan sinis. Alun-alun kidul Yogyakarta serasa semakin luas dan aku semakin menciut.

"Carrisa, hapus airmatamu. Jangan jadi cewek cengeng dong, aku nggak suka" ujar Reza menghapus airmataku

"Tapi aku emang sal-"

"Enggak, kamu nggak salah apa-apa. Aku yang salah. Aku dateng tiba-tiba di kehidupan kalian, merusak semuanya. Sorry for everything" sela Reza menatapku nanar

"Za.. Tapi ak-"

"Shhh.." telunjuknya tepat didepan bibirku membuatku terbungkam. "Aku yakin dia masih mencintaimu, percaya padaku. Mungkin kita emang lebih baik berteman. Kamu mau kan? Untuk memperbaiki semua ini?" ia tersenyum simpul

Aku menatap bola mata hitamnya. Ada kilat ketulusan disana "Kamu pasti dapetin cewek yang lebih baik dari aku. Yang lebih mencintai kamu. Dan aku percaya, betapa beruntungnya dia memiliki dirimu"

Reza tertawa pelan "Kejar dia Carisa"

"Makasih atas semua cinta yang kamu beri. Maaf aku belum bisa membalasnya" Aku merengkuhnya, sebagai seorang adik yang sayang terhadap kakaknya

"It's okay Carisa. You're still my little sister" ujarnya mengacak rambutku lembut.

***
Stadion Kridosono kala ini ramai sekali. Ya, sore ini tim sepakbola Reza bertanding. Aku tak mau mengecewakannya. Sayangnya aku cuma sendirian, memilih bangku penonton yang masih kosong. Aku pun duduk dan menyamankan tubuhku. Pertandingan memang belum dimulai, tapi Kridosono sudah riuh saja. 
Kejar dia.. Kejar dia.. tiba-tiba kata-kata itu masih saja menari-nari dalam otakku. Haruskah aku yang memulai duluan? Apa benar yang dikatakan Reza, dia masih mencintaiku? Tuhan, bantu aku.

Semua penonton berteriak riuh ketika tim Reza berhasil mencetak gol. Yah, sebenarnya aku memang tidak terlalu mengerti dengan pertandingan sepakbola, tapi hanya karena aku memenuhi undangan Reza, dengan sedikit terpaksa aku datang kesini, Stadion Kridosono Yogyakarta.

Saat pertandingan selesai, aku beranjak untuk meninggalkan tribun. Tapi langkahku terhenti. Laki-laki itu seperti tak asing dimataku. Itu.. Heffin? Lalu aku pun tersadar sedari tadi aku hanya berdiam memandangi laki-laki itu beranjak pergi. Aku harus mengejarnya. Sepertinya Heffin memang tidak menyadari keberadaanku.

"Tunggu!!" teriakku, percuma saja dia tak mendengar. Ia berbelok kearah kamar mandi. Aku pun menunggunya diluar, mengatur nafas ku yang terengah-engah. Lalu sosok yang kutunggu-tunggu pun keluar. Dia benar-benar Heffin.

"Hey Fin?" ucapku malu-malu menatapnya

Dia menoleh, memperhatikan sosok wajahku "Carisa? Kok ada disini?" karena aku hanya terdiam dia pun melanjutkan kalimatnya "Nonton pertandingan juga?"

"Cuma nonton, tapi ga terlalu fokus" jawabku masih memandang bola mata yang kurindukan itu

"Oh ya, gimana kabar ayahmu Car? Aku kangen sekali main catur dengannya. Haha" ujarnya mengenang masa lalu

"Eheh.. baik, eh? Sudah 3 tahun yang lalu ya?" kataku tersenyum miris.

"Iya, hehe. Kamu masih pacaran sama Reza kan? Langgeng ya kalian" tanyanya

"Eh kita udah putus. Jujur aku kangen kamu Fin, kangen kita yang dulu" ujarku menunduk. kuucapkan kata-kata yang belum kusaring oleh otakku.

"Emm.. Aku..."

Tiba-tiba ada seorang perempuan cantik keluar dari toilet, menarik kasar tangan Heffin. "Sayang, udah lama nunggunya? Maaf ya, balik yuk!" ujar perempuan itu bergelayut manja di lengan Heffin. Aku hanya menampilkan senyum miris. Heffin tampan, dan perempuan itu cantik sekali. Rambutnya terurai panjang bergelombang. Dan sangat pantas disebut 'perempuan' sedangkan aku? Jauh dari yang disebut perempuan, rambutku saja dibuat skinhead. Jauh sekali dengan perempuan itu.

Dengan langkah terpaksa, Heffin perlahan meninggalkanku. Diam-diam, ia menyelipkan kartu namanya di jemariku. Aku kembali tersenyum miris. Dia memutar sedikit kepalanya menoleh kepadaku. Tangan kanannya digenggam paksa oleh perempuan itu. Dan tangan kirinya memberi isyarat 'call me' padaku. Lalu perlahan, sosoknya menghilang dari hadapanku.

Hah, cinta pertama. Serumit itukah kamu? Airmataku perlahan mengalir di pipi tembamku. Heffin, aku kangen kamu. Kangen kita 3 tahun yang lalu Fin. Seandainya aku bisa memutar balik waktu. Aku akan memperbaiki semuanya. Aku kangen bercandaan sama kamu Fin..

Minggu, 08 Juli 2012

I'm Stuck On You

KAMU!
Damn! Kamu lagi?
Aku? Bodoh?
Haha, memang bodoh!

Aku benci kenyataan kalo aku sayang kamu
Aku benci kenyataan kalo kamu itu cuma butiran memori
Aku benci kenyataan kalo akhirnya kamu nggak sama aku
Aku benci kenyataan kalo aku stuck sama kamu
Egois? Persetan

Semua sudah berubah
Aku.. Kamu.. Kita
Udah nggak ada lagi yang sama
Aku tau kamu bosen, dan bener-bener bosen
Denger omonganku yang nggak penting ini

Haha, entah aku ini bego atau setia
Tapi aku masih aja nungguin sms dari dia
Masih aja berharap waktu keulang lagi
Masih aja berharap dapat merubah takdir
Emang dasarnya bego sama setia itu beda tipis ya..
Oke aku mengerti,
Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang
Kita berdua udah sama-sama berubah
Waktu nggak bakal bisa balik kan?

Aku sadar, kita semakin dewasa
Kamu dan aku udah sama-sama SMA
Harusnya aku melihat kedepan kan? bukan kebelakang
Kamu juga pernah bilang kan sama aku
'Life must go on'
Aku tau apa yang harus aku lakuin
Aku harus menjauh dari kehidupanmu
Nggak ganggu kehidupanmu lagi
Aku lelah, capek
Aku selalu dikejar waktu
Waktu itu egois, nggak tau rasanya jadi aku




Move on? Kira-kira bisa nggak ya? Kamu tolong ya bantu aku buat move on dari kamu. Aku udah lelah, lari terus-terusan menghindari waktu. Selamat malam, KAMU! :)

Selasa, 03 Juli 2012

Siapa Dia?

Beberapa minggu ini, kamu tak ada kabar. Kamu tak kunjung membalas pesanku. Kamu dimana? Aku sungguh merindukan hadirmu. Salahkah aku berharap lebih padamu? Salahkah jika aku bertahun-tahun menunggumu? Cukup, ini tidak ada hubungannya dengan judul yang kutuliskan.

Beberapa hari yang lalu, ada seseorang yang tak kukenal menyapaku lewat sebuah sosial media. Aku memang tak pernah mengenalnya sebelumnya. Dia berkenalan denganku. Laki-laki yang lebih tua 2 tahun diatasku, aku pun tak masalah dengan itu. Semua berjalan biasa saja. Setelah dia menyebutkan biodata tentang dirinya pun aku biasa saja.

Tapi, ada satu hal yang ternyata belum aku tau. Dia sudah mengenalku terlebih dahulu beberapa bulan yang lalu. Bagaimana ia bisa tau? Dia bilang, dia seringkali menyapaku lewat jejaring sosial bertemakan twitter itu. Ternyata dia mengubah username nya. Bahkan, setiap ia menyapaku, aku pun tak pernah sekalipun membalas sapaannya. Aku tak peduli. Sama sekali tak peduli dengannya.

Hingga hari ini saat kutuliskan coretan tak penting ini, aku masih membalas sapaan-sapaannya. Entah ada suatu yang berbeda dariku saat aku melihat new mention darinya untukku. Dan tak segan-segan, aku pun dengan semangat membalas tweetnya. Semangat? Aku juga tidak mengerti apa yang kurasakan.

Saat melihat sapaannya untukku tertera di new mention, aku merasa... bahagia? Aku penasaran. Siapa sebenarnya dia? Aku tak pernah mengenalnya sebelumnya, tak pernah bertemu dengannya, tapi mengapa perasaan ini begitu tiba-tiba muncul? Terlalu cepatkah aku bilang bahwa aku.... suka? Ini pasti salah. Aku tak mungkin menyukai orang yang hanya dapat aku pandangi wajahnya lewat layar laptop.

Kamu menghilang secara tiba-tiba. Tanpa kabar untukku. Lalu muncul sosoknya, yang tak pernah kutahu sebelumnya. Perlahan, ia menggantikan posisimu. Apa ini rencana Tuhan untukku agar aku terus melangkah melanjutkan hidupku? Tanpamu? Apa aku bisa hidup tanpamu?


Tuhan berikan dirinya hanya sementara. Ya, hanya sementara. Hanya sekedar untuk mengisi kekosongan hidupku tanpa sosok dirimu. Karena aku yakin, kau pasti kembali. Tapi... bagaimana jika tidak? Apakah ia bisa menggantikan dirimu?


Aku rasa tidak,
Kamu selalu membawa kepingan puzzle hatiku
Yang tak bisa digantikan
Aku butuh dirimu disini


Beri kabar ya, padaku?
Aku menunggu satu pesan baru darimu