Aku mengambil keputusan yang salah mengajak Laras bersepeda ke lembah UGM hari minggu, pagi ini. Anak gaulnya Jogja menyebut tempat ini sunmor. Entahlah. Pagi ini aku berniat untuk bersepeda merefresh kembali pikiranku dan mengajak sepupuku, Laras. Tapi apa daya, ia malah mengajak pacarnya untuk ikut. Yah jadilah aku disini, sendiri. Mereka berdua menghilang entah kemana.
Setelah aku memarkir rapi sepedaku, akupun berjalan diantara padatnya jalanan lembah UGM entah aku tak tau kemana. Aku tak punya tujuan. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli es goreng. Jajanan yang harganya hanya 2000 rupiah. Nama jajanan itu memang kedengarannya aneh, tapi rasanya tak kalah lezatnya. Aku pun harus mengantre untuk mendapatkannya. Setelah aku mendapatkannya, tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang menepuk pundakku.
"Carissa?" sapa suara itu. Mau tak mau akupun menoleh
"Heffin? Kok kamu bisa ada disini?" tanyaku penasaran
Ia tersenyum lembut "Iya, tadi aku cuma mau niat sepedaan doang sih"
"Loh kamu sendiri? Nggak sama... emm.. pacarmu itu?" tanyaku hati-hati
"Enggak. Aku sendiri" jawabnya singkat "Kamu sendiri juga kan? Keliling yuk" lanjutnya
"Yaudah, yuk!" Sebelumnya aku sama sekali tak menyangka akan bertemu Heffin disni. Aku pun berkeliling lembah UGM, Yogyakarta kala itu. Seaat setelah itu, Heffin pun mengajakku sarapan di salah satu warung-warung tenda di pinggir jalan.
Aku memesan lontong opor, dan dia memesan bubur ayam dan 2 gelas teh hangat. Masih sama. Seperti dulu. Belum ada yang berubah semenjak 3 tahun yang lalu. Selalu lontong opor, bubur ayam, dan 2 gelas teh hangat. Aku menatapnya. Aku rindu sorot matanya yang tajam. Lalu ia pun tersadar sejak tadi aku memperhatikannya.
"Kenapa?" tanyanya, alisnya hingga bertaut
aku tersenyum simpul "Nggak papa, pesenannya masih sama kayak dulu. Nggak pernah berubah"
Dia hanya tersenyum "Car, aku seneng bisa jalan kayak gini lagi sama kamu"
"Sama, aku juga Fin. Kalo boleh aku tau, kemaren itu pacarmu?" aku memelankan suara. Takut salah bicara
"Iya. Namanya Bianca" ujarnya. Lalu aku hanya terdiam dan kembali menyeruput teh hangatku. "Gimana kabar kamu sama Reza? Kalian putus?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Iya, cuma masalah sepele kok" jawabku. Dia hanya terdiam tak menanggapi "Semua sudah berubah Fin.." lanjutku. Dia menatapku dalam, aku bisa melihat dari sinar matanya. Sebuah kesedihan. Pandangan mata kita bertemu. Lalu ia tersadar dan mengalihkan pandangan.
"Udah yuk cabut, bayar dulu" ujarku memecah kesunyian yang sempat terjadi tadi. Ia pun berdiri dan segera membayar. Lalu berjalan keluar warung tenda itu menuju parkiran sepeda.
"Fin?" kataku. Ia hanya menjawab dengan gumaman
"Boleh aku jujur Fin? Aku kangen kamu. Kangen kita yang dulu, dulu 3 tahun yang lalu. Seandainya aku bisa mutar balik waktu, aku pengen ke masa-masa dimana kita bercandaan dan gila-gilaan bareng kayak dulu lagi. Aku sadar Fin, sadar itu semua kalo itu sekarang udah cuma sekedar kenangan aja. Sekranag itu bukan dulu kan Fin? Beda Kan?" ujarku lalu mengatur nafasku. Airmataku yang tak dapat kubendung pun mengalir.
"Udah Car.." ujarnya menghapus airmataku. Ia lalu memelukku, mencoba menenangkanku. Hangat rasanya.
"Aku. Kamu. Kita. Semua udah berubah Fin, semua udah beda. Aku sadar dan tau, aku nggak mungkin bisa menghabiskan waktu berdua sama kamu kayak dulu Fin. Dulu kita bebas, kayak nggak ada beban. Aku emang nggak secantik pacarmu, tapi aku sayang kamu. Dulu hingga saat ini Fin." ujarku masih sesengukan.
Ia mendekapku lebih erat, lalu mencium puncak kepalaku. Tak lama, ponsel Heffin berbunyi dan menyadarkanku dan Heffin untuk segera melepaskan pelukkan. Heffin pun mengangkat telfonnya.
"Hallo sayang?" oh, jadi itu Bianca.
"Hallo sayang, kamu tuh dimana sih?"
"Aku kan di sunmor"
"Sayaaang, ini tuh udah jam berapa? Pokoknya kamu kesini sekarang juga!"
"Kerumahmu? Ada apa?"
"Pokoknya kamu anterin aku"
"Tapi sayang...."
"Nggak mau tau, kamu kesini sekarang. Titik!"
"Oke oke, aku kesana sekarang" KLIK, telepon sudah terputus.
"Bianca?" tanyaku kemudian
"Iya." sahutnya singkat
"Yaudah gih buruan kesana. Nanti ada apa-apa lagi sama Bianca" jawabku getir
"Kamu nggak apa-apa kalo aku tinggal?" tanyanya khawatir
"I'm okay Fin" jawabku sok santai
"Oke, aku pergi dulu ya Car. See you" lalu ia mengayuh sepedanya dengan cepat. Melaju hingga menghilang dari pandanganku. Kamu nggak keliatan bahagia Fin sama Bianca. Aku nggak mengharapkanmu jadi pacarku Fin. Aku udah cukup bahagia kalo kita bisa mengulang masa-masa yang dulu sering kita lakuin. Lamunanku buyar ketika ada tangan menyentuh pundakku. Refleks aku menoleh.
"Laras? Darimana aja kamu?"