Lama setelah itu
"Andru?" tanyaku sore itu di sebuah cafe bernama Cafe Semesta. Tidak ramai seperti biasanya. Gerimis menemani senja kala itu. Andru hanya bergumam terus menunduk kopi hitamnya yang mulai dingin.
Karena ia tidak merespon, aku melanjutkan kalimatku "sudah 6 bulan yang lalu sejak pertemuan kita pertama kali........" aku menggantungkan kalimatku. Andru tidak merespon.
Aku membuang pandangan kearah jendela, melihat lalu lalang kendaraan. Aku lelah. Aku merasa menunggu sebuah hal yang takkan mungkin terjadi. Mungkin hanya aku yang salah mengartikannya.
"Mengapa sejak 2 bulan terakhir ini... kau menjauhiku Ndru?" aku melontarkan pertanyaan yang sedari tadi terkunci dalam mulutku.
Ia menghela nafas panjang. "Aku......... cuma...... takut Car" jawabnya lemah.
"Tapi kenapa Ndru? Kamu selalu menghindariku. Seolah-olah kita nggak pernah kenal dan nggak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Aku capek Ndru menghadapi sifat kamu yang sekarang. Aku kangen Andru yang dulu" ucapku yang mulai terisak pelan
"Maafin aku Car. Jangan nangisin aku. Aku nggak pantes kamu tangisin kayak gini" ujarnya menghapus airmataku yang perlahan mulai jatuh.
"Mungkin aku bukan siapa-siapamu Ndru. Mungkin aku cuma sebatas teman di mata kamu. Tapi perlu kamu tau satu hal, aku menganggap kamu lebih dari semua itu. Kamu segalanya buat aku Ndru. Tolong kamu ngerti" jelasku yang masih sesengukan.
Andru menatapku. Aku menangkap gurat-gurat kesedihan terpancar disana "Carissa..........." aku membiarkannya melanjutkan "Aku...... aku menghindari kamu.... karena aku takut kamu jatuh cinta sama aku dan..... dan aku nggak mau memberi harapan ke kamu........"
"Tapi kamu yang bikin aku jatuh cinta sama kamu! Kenapa kamu ngasih harapan dan perhatian itu ke aku Ndru?!" ujarku setengah berteriak
Mata hazelnya menatap bola mata hitamku. Tangan halusnya menyentuh pipi tembamku yang dialiri oleh airmata "Karena....... karena aku terlanjur sayang sama kamu Car.. Maafin aku.."
"Andru.... kamu tau rasanya menunggu sesuatu yang tidak pasti? Sama halnya kayak aku nunggu harapan yang pasti dari kamu. Seseorang yang aku gila karenanya. Kamu itu candu bagi aku Ndru.... Karena cuma kamu yang berotasi dalam otakku, mengganggu laju kerja pikiranku, mengalir lembut bersama hemoglobin dalam nadi menuju labirin-labirin hatikku." Aku menatap matanya.
Ia beringsut memelukku erat "Dan karena cuma kamu satu-satunya yang bisa mengetuk pintu hatiku setelah aku jatuh dan menguncinya rapat-rapat" lanjutku.
"Demikian aku mencintaimu sepenuhnya, Carissa Sebastian Atmadja" bisik Andru lirih. Aku memeluknya lebih erat.
Hujan dikala senja itu tak terasa lagi dingin. Aku mendengar setiap detak jantungnya, yang menjadi sebuah ritme yang indah dalam hidupku. Tuhan, aku mencintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar