Aku mengayuh sepedaku cepat-cepat. Sesekali ku melirik jam tanganku, menoleh sebentar ke arah samping, saudara perempuan di sebelahku itu masih berkonsentrasi untuk mengayuh. Aku akan bertemu dengannya sebentar lagi. Beberapa menit lagi. Setelah sekian lama, aku dan dirinya terbatasi oleh layar laptop dalam dunia maya.
Aku tak pernah bertemu dengan dirinya sebelumnya. Dua hari sebelum hari itu. Layar handphone ku berkedip. Dia mengirimku sebuah pesan.
"Dek, besok minggu kita ketemuan di Alkid yaa :) Jam 7 pagi. Gue tunggu, don't be late. Miss you :D"
Sender: Kak Dhika
Aku menahan napas membaca kalimat terakhir tersebut. Miss you. Kalimat itu membuatku melambung tinggi. Aku tersenyum. Membalas pesan itu dengan jawaban ya.
Aku meneruskan kayuhanku, hari itu aku semangat sekali. Saudara perempuanku yang bernama Laras itu pun menghentikan sepedanya. Kini aku berada di Alkid. Beberapa menit lagi. Aku melongok kan kepala, kiri kanan. Aku tak dapat menemukan sosoknya. Aku tak tau dia dimana. Ucapan Laras membuat pencarianku terhenti sejenak.
"Masih mencari cowok itu?" tanyanya. Aku hanya mengangguk dan terus celingukan.
Laras melihatku. "Oh, sudahlah. Sebaiknya kita makan terlebih dulu." Dan aku pun menyetujuinya.
Laras bertemu dengan teman-temannya saat itu. Alhasil, aku pun sendirian. Saat aku duduk di sebuah tempat duduk taman, aku masih mencari sosoknya. Tak mengenal lelah. Pandanganku pun tersita. Laki-laki yang berdiri tepat berada di samping sepedanya, orang itu sedang berbincang dengan teman-temannya. Aku memandangnya dari kejauhan. Aku tak yakin itu Dhika yang selama ini kucari. Kemudian ia melihatku. Ia berjalan mendekat ke arahku. Tentu saja aku panik. Aku merasa tak mengenal siapa laki-laki berkacamata itu.
Ia menatapku. Aku berdiri dari tempat duduk nyamanku. Dibalik kacamatanya itu, ia menatapku teduh. Kemudian laki-laki itu tersenyum menampakan gigi berpagarnya, bahasa gaulnya behel.
"Ninda?" suaranya lembut sekali saat menyebut namaku
Aku menatapnya canggung. "Ya, itu aku. Kau siapa?" tanyaku
Kemudian ia tersenyum. Ternyata dia mempunyai lesung pipi yang manis "Akhirnya gue ketemu juga ama lo. Gue Dhika" ujarnya menampakkan logat Jakarta nya.
"Dhika? Ini beneran kamu?" tanyaku dengan perasaan meluap-luap
"Akhirnya gue bisa ketemu sama lo. Gue kangen lo Nda" ungkapnya jujur. Aku hanya tersenyum simpul. Dia rindu dengan diriku.
Dia Dhika. Orang yang membuatku betah menatap layar handphone ku hanya karena menunggunya mengirimkan sebuah pesan. Pesan-pesan singkat yang membuatku terbang melayang. Ia manis sekali. Oh, apa perasaan yang sedang melandaku ini? Cinta? Ya, kurasa aku mencintai nya. Tidak, lebih tepatnya telah mencintainya sejak aku pertama kali berkenalan dengannya di sebuah jejaring sosial.
Kini, aku merasa aku menyayanginnya. Ingin rasanya kupeluk hangat tubuhnya. Tapi saat itu aku bukan siapa-siapa. hanya belum waktunya. Dan aku yakin, suatu saat aku dapat menyanganginya dan dia menyayangiku.
Dia kembali menatapku. Mata teduhnya membuatku menyunggingkan senyum. Ia juga tersenyum. Senyum yang tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar