Sekarang siapa yang bodoh? Aku apa kamu? Debat, IYA! Debat sama kamu itu udah terjadi berkali-kali! Aku terpekur menatap layar laptopku yang masih menyala. Menampilkan layar profile facebook ku itu. Jelas saja, kau yang berulah lagi. Membuat air mata yang sejak tadi ku bendung tumpah begitu saja. Tuhan, sudah cukup kuatkah aku selama bertahun-tahun ini? Aku hanya menunggu jawaban atas semua doaku. Iya, doaku untukmu, siapa lagi kalo bukan kau. Mengingatmu hanya membuatku frustasi, tetapi melupakanmu merupakan cara agar kau bisa membunuhku.
Aku hanya dapat menyentuhmu lewat layar laptopku, melalui facebook yang tak kunjung menjadi nyata. Sebenarnya aku hanya membebani otakku tentang sosokmu, bahkan aku disebuut gila oleh teman-temanku. Tak cukup gila kah aku? Pertanyaan yang kusembunyikan hanya membusuk dalam mulutku, membuat bibirku terkatup. Ternyata, aku mencintai orang yang bodoh!! Ya, kau itu. Sudah kubilang berkali-kali, aku mencintaimu. Tak cukupkah sadar bagimu?
Aku selalu menulis apa yang aku rasakan tentang mu lewat status facebook. Dan aku tau, kebiasaanmu adalah hanya satu: mengomentari semua tulisanku! Dan itu mengharuskan aku berdebat serius tentang cinta denganmu. Padahal semua yang kutulis hanya karena kau. Alasannya ya kau itu! Aku bodoh ya? Ah persetan dengan omongan orang, aku tak peduli lagi. Apa sih yang membuatmu tertahan? Keraguan? Kebodohan? Atau malah gengsi? Kalau memang iya, apa aku yang harus mengambil keputusan lebih dulu? Baiklah kalau itu maumu. Aku akan mencoba.
Aku masih ingat percakapan dengan temanku pada waktu itu. Membuatku terdiam seribu bahasa. Membuat kerongkonganku tercekat.
“Bagaimana kabar kehidupan cintamu?” Tanyanya siang itu.
“Kabar cinta apa? Aku tak mengerti maksudmu” Jawabku bingung
Ia mendesah “Sudahlah, aku tak ingin debat denganmu lagi. Sampai sekarang kau masih memikirkan cowok bodoh itu kan?”
“Dia tidak bodoh!” Ujarku membela
“Tapi dia bodoh untuk urusan cinta. Apalagi berhadapan denganmu”
“........”
“Berhentilah menyiksa dirimu sendiri! Kau harus mencari pengganti, kau kan tak selamanya akan bersama dia. Dia juga masa bodoh denganmu, masih saja kau peduli dengannya. Aku saja capek mendengar semua ceritamu tentang dia, dia, dan dia lagi! Apa sih yang membuatmu seperti itu?” kalimat yang dilontarkan sangat menusuk, aku memalingkan wajah.
“Karena aku mencintainya”
“Maaf, aku memang bukan siapa-siapamu untuk menyuruhmu melupakannya. Tapi kau tak bisa seperti ini terus, aku juga sahabatmu. Apa perlu aku yang bilang ke dia?”
“Tidak usah, terimakasih”
Aku benci dirimu. Aku benci orang yang kucintai. Dapatkah kau berhenti? Setiap aku melihat layar facebook ku, semua mengingatkan tentangmu. I can’t removing you from my life, like i removed my activities on facebook. That’s too easy baby! Aku menangis setiap hari karenamu, tapi apa kau peduli? Tidak! Mencari pengganti itu mudah, hanya melupakan semua kenangan itu hal tersulit. Masa bodoh!
Yang jelas, aku membiarkan hidupku kosong hanya karena aku mencintaimu. Hanya karena aku mencintaimu. Sesederhana itu. Maaf, aku membuatmu muak padaku.