Welcome to iniadalahcurhatku.blogspot.com | Please do not copy anything, hargai karya orang lain. Thankyou.

Minggu, 27 November 2011

Facebook Bodoh!

Sekarang siapa yang bodoh? Aku apa kamu? Debat, IYA! Debat sama kamu itu udah terjadi berkali-kali! Aku terpekur menatap layar laptopku yang masih menyala. Menampilkan layar profile facebook ku itu. Jelas saja, kau yang berulah lagi. Membuat air mata yang sejak tadi ku bendung tumpah begitu saja. Tuhan, sudah cukup kuatkah aku selama bertahun-tahun ini? Aku hanya menunggu jawaban atas semua doaku. Iya, doaku untukmu, siapa lagi kalo bukan kau. Mengingatmu hanya membuatku frustasi, tetapi melupakanmu merupakan cara agar kau bisa membunuhku.

Aku hanya dapat menyentuhmu lewat layar laptopku, melalui facebook yang tak kunjung menjadi nyata. Sebenarnya aku hanya membebani otakku tentang sosokmu, bahkan aku disebuut gila oleh teman-temanku. Tak cukup gila kah aku? Pertanyaan yang kusembunyikan hanya membusuk dalam mulutku, membuat bibirku terkatup. Ternyata, aku mencintai orang yang bodoh!! Ya, kau itu. Sudah kubilang berkali-kali, aku mencintaimu. Tak cukupkah sadar bagimu?

Aku selalu menulis apa yang aku rasakan tentang mu lewat status facebook. Dan aku tau, kebiasaanmu adalah hanya satu: mengomentari semua tulisanku! Dan itu mengharuskan aku berdebat serius tentang cinta denganmu. Padahal semua yang kutulis hanya karena kau. Alasannya ya kau itu! Aku bodoh ya? Ah persetan dengan omongan orang, aku tak peduli lagi. Apa sih yang membuatmu tertahan? Keraguan? Kebodohan? Atau malah gengsi? Kalau memang iya, apa aku yang harus mengambil keputusan lebih dulu? Baiklah kalau itu maumu. Aku akan mencoba.

Aku masih ingat percakapan dengan temanku pada waktu itu. Membuatku terdiam seribu bahasa. Membuat kerongkonganku tercekat.

“Bagaimana kabar kehidupan cintamu?” Tanyanya siang itu.

“Kabar cinta apa? Aku tak mengerti maksudmu” Jawabku bingung

Ia mendesah “Sudahlah, aku tak ingin debat denganmu lagi. Sampai sekarang kau masih memikirkan cowok bodoh itu kan?”

“Dia tidak bodoh!” Ujarku membela

“Tapi dia bodoh untuk urusan cinta. Apalagi berhadapan denganmu”

“........”

“Berhentilah menyiksa dirimu sendiri! Kau harus mencari pengganti, kau kan tak selamanya akan bersama dia. Dia juga masa bodoh denganmu, masih saja kau peduli dengannya. Aku saja capek mendengar semua ceritamu tentang dia, dia, dan dia lagi! Apa sih yang membuatmu seperti itu?” kalimat yang dilontarkan sangat menusuk, aku memalingkan wajah.

“Karena aku mencintainya”

“Maaf, aku memang bukan siapa-siapamu untuk menyuruhmu melupakannya. Tapi kau tak bisa seperti ini terus, aku juga sahabatmu. Apa perlu aku yang bilang ke dia?”

“Tidak usah, terimakasih”

Aku benci dirimu. Aku benci orang yang kucintai. Dapatkah kau berhenti? Setiap aku melihat layar facebook ku, semua mengingatkan tentangmu. I can’t removing you from my life, like i removed my activities on facebook. That’s too easy baby! Aku menangis setiap hari karenamu, tapi apa kau peduli? Tidak! Mencari pengganti itu mudah, hanya melupakan semua kenangan itu hal tersulit. Masa bodoh!

Yang jelas, aku membiarkan hidupku kosong hanya karena aku mencintaimu. Hanya karena aku mencintaimu. Sesederhana itu. Maaf, aku membuatmu muak padaku.

Sabtu, 19 November 2011

Izinkan Aku Menangis Karenamu

Kadang, menangis dapat melegakan hati kita. Tapi tidak semua masalah dapat diselesaikan hanya dengan menangis. - @nindandr

Kala itu, hujan di senja hari. Tidak ada yang aku lakukan, menatap langit-langit kamar kadang melirik layar handphone ku. Mendesah, lagi-lagi aku hanya melakukan hal seperti orang bodoh! Menunggu pesan pendekmu masuk. Tapi itu takkan mungkin terjadi, aku tau itu. Kau tak mungkin melakukan hal tak penting seperti itu hanya buat aku, itu suatu hal yang mustahil.

Aku menggigit bibir bawahku, rahangku mengeras, gerimis di pelupuk mata tak bisa kutahan lagi. HAHA! Aku menangis karenamu lagi. Tak cukupkah kau menggantungkan ini semua? Tak ada keputusan yang pastikah darimu? Sepatah kata yang kutunggu dari bibir mungilmu itu? Sial! Buat apa aku harus menyakiti diri sendiri seperti ini terus-menerus, kalau kau hanya acuh tak acuh terhadapku, menganggap semua ini remeh? Cinta itu gila, membuat kita tidak bisa berfikir secara rasional!

Mungkin kau takkan pernah membaca ini, melihat sekejap matapun tidak munkin, apalagi membaca hingga akhir paragraf ini. Mungkin kau tidak tau betapa usahaku menulis ini. Usahaku untuk mengundangmu berotasi di otakku, mengelilingi poros otak tengah, menjalar ke otak kiri, membias ke otak kanan. Hah! tak bisa kah kau lihat aku melantur memikirkanmu dan membuatku gila perlahan? Tak ada dasar apapun dan tak ada alasan apapun aku mengapa aku masih membiarkan jemariku menari dan menuliskan semua hal tentangmu, bahkan kau saja tak mau tau. Karena aku menemukan dirimu dalam setiap tulisanku. Maka dari itu, aku masih saja betah menulis ini.

Aku benci saat melakukan hal bodoh yang berhubungan denganmu. Itu tolol sekali. Membuat sistem respirasi ku tercekat, aliran darahku tersumbat, detak jantungku kian cepat. Tapi kau? tak ada yang berubah, normal-normal saja. Kau bahkan tak menanyakan kabarku, berhenti sejenak untuk memulihkan ragaku yang mulai 'sakit' ini. Dari jarak sejauh ini, mustahil jika aku bisa lagi menyorot bola mata hitammu dan menyerap sinarnya. Sinar yang tak lagi ada aku dimatamu.

Tak perlu lagi aku membiarkan air mataku terbujur kaku, menyerah saat menahan banjir yang tumpah di pelupuk mataku. Tapi ketauhilah, Aku yang sekarang adalah gadis yang kuat yang dulu belum kau kenal. Aku sedang membayangkanmu kali ini, mungkin hidungmu semakin mancung, mungkin seringai santaimu semakin manis, mungkin kau sibuk dengan kegiatan yang menyita waktumu dan mungkin kau telah melupakanku. Dan, izinkan aku menangis untuk kali ini saja, aku berjanji.

Kau mungkin berpendapat, jalanku dan jalanmu berbeda. Ah! kau tau? Biarlah Tuhan menyimpan rahasia dalam jemariNya untuk menyatukan jalan yang berbeda itu. Tapi ketauhilah, aku bukanlah bocah ingusan seperti dulu lagi, aku beranjak dewasa, dan kau pun juga. Aku tak suka permainan tentang cinta lagi. Kini aku serius. Keseriusan seorang gadis tentang pilihan cinta yang diambilnya. Hanya itu saja. Terdengar rumit bukan? Jadi izinkan aku menangis karenamu.

Kau, seseorang yang mengendap dalam sel otakku. Seseorang yang pernah terlupakan jemariku yang dulu sering menuliskan tentangmu.

Ditulis saat: Hidung tersumbat, kerongkongan tercekat, tak kuasa menahan gerimis di pelupuk mata, kegalauan menyerbu, sesekali melirik handphone yang tak kunjung datang satu pesanpun, tapi tetap menulis disaat orang yang ditulis tentangnya tidak memikirkannya sekalipun. :')

Sabtu, 05 November 2011

Berjalan Tanpa Ada Perubahan

Aku.. Kamu..
Berjalan dan terus berjalan
Waktu memang selalu egois
Selalu berjalan tanpa melihat sekelilingnya
Sekuat apapun kemampuanku
Aku takkan bisa menghentikan waktu

Apakah 2 tahun itu sebentar?
Selama itu apa ada perubahan?
Kurasa tidak
Sesimpel itu saja

Aku dan kamu memiliki dunia yang berbeda
Umur yang berbeda
Sekolah yang berbeda
Perasaan yang berbeda
Tertawalah, maka aku akan tertawa

Mengapa sulit untuk kau bilang sayang padaku?
Mengapa sulit untuk kau menghentikan ini semua?
Mengapa sulit untuk kau berbicara padaku?
Tembok yang kau buat semakin menebal
Semakin aku tak dapat menembusnya

Aku hanya berusaha menutupinya
Apa dia tau?
Peduli apa dia denganku
Bahkan kau saja tak pernah mengucapkannya
Bahkan kata-kata yang ingin kulontarkan saja
membeku dalam mulutku

Menunggumu membuat keputusan
Menunggumu untuk mengatakan kalimat-kalimat itu
Menunggumu mendekap hangat diriku
Hanya itu saja

Bukan ini yang aku mau
Hanya berjalan tanpa ada perubahan

Kamis, 03 November 2011

Bodoh! Persetan!

Mati..
Hidupku sudah mencapai batas expired
Busuk, dan kian membusuk
Semenjak sosokmu pergi
Mencoba menahan agar air mataku tak jatuh
Tapi percuma saja, sia-sia, nggak berguna
Aku masih terbakar dalam kenanganmu
Aku masih bersembunyi dalam kenanganmu

Satu hal
Kamu hanyalah satu alasan
Alasan mengapa air mataku jatuh dari panca indra ku
Aku menyesal

Sebesar itukah ego ku dulu?
Sebesar itukah kesombonganku dulu?
Sebesar itukah kebodohanku dulu?
Persetan!

Kadang aku berharap dapat memutar waktu
Dan merubah semua keputusanku
Ya, keputusan bodohku itu
Tapi aku sadar,
aku tak mungkin bisa melakukannya.
Karena aku sendiri yang telah merusaknya

Memang bodoh!
Aku bodoh!
Aku yang mencintaimu KINI
Aku yang dicintaimu DULU

Selasa, 01 November 2011

Maaf? :'(

Tidak semua orang dengan mudahnya memaafkan kesalahan di masa lalu. Sekalipun memaafkan orang yang dicintainya.

Aku senang, saat kau masih memperdulikanku. Menanyakan kabarku. Kabar seorang gadis yang kau cintai dulu. Iya, DULU. Bagaimana keluargamu? Apa mereka baik-baik saja? Aku tak pernah menjenguk mereka lagi setelah kesombonganku dulu. Kini aku tau, kau baik-baik saja selama aku pergi dengan semua ego ku. Maaf, karena saat kau kembali menanyakan kabarku, pergi mengunjungiku, aku masih dalam bayang sosokmu. Masih terbakar dalam otakmu, memorimu, kenanganmu. Kau memberiku setangkai mawar, dan aku membiarkannya mati. Maafkan aku.

Dan disinilah aku, berdiri di hadapanmu lagi. Seperti dulu, saat aku terbakar dalam egoku. Mencoba sekuat tenaga agar airmata yang tersimpan dalam panca indra ku tidak menetes. Akankah aku cukup kuat untuk mengatakan bahwa aku minta maaf atas hari yang lalu itu? Maaf, maaf, maaf, maaf. Hanya mataku yang dapat mengatakan saat aku menyorot pandangan ke arahmu. Aku tak cukup kuat untuk mengatakannya. Dan kini kenangan lalu itu kembali lagi setiap waktu.

Kini aku sadar, saat aku bebas darimu itu tidak berarti apa-apa. Aku rindu pada sosokmu. Berharap suatu waktu apa yang aku dapatkan saat aku bersamamu. Kebahagiaan, kau candu bagiku. Dan kenangan pahit itu selalu kembali lagi setiap waktu. Kucoba untuk memperbaiki keadaan, tetapi hanya sia-sia aja. Maaf aku menyakitimu dulu.

Saat bayangmu pergi, aku selalu saja terbangun dari mimpi burukku setiap malam. Selalu saja air mataku tumpah tak terbendung. Mengingat saat ulang tahunmu dan kau beranjak dewasa, dengan egoku aku tak menelpon mu, dengan kesombonganku aku tak mengucapkan selamat kepadamu. Sebesar itukah kesombonganku padamu dulu? Padamu dulu yang kucintai. Dan aku menyadari bahwa aku mencintaimu. Aku bodoh! sangat bodoh!

Semuanya begitu indah, kemudian sifat dinginku datang, hari yang kelam merayapi otakku. Membuatku lupa akan segalanya. Ego dan kesombonganku. Kau berikan padaku, semua cinta. Semua kebahagiaan, Seluruh hatimu. Tapi aku dengan kebodohanku, yang kuberikan hanyalah selamat tinggal. Ku biarkan kakiku menyeretku menjauh darimu. Maaf. Aku mengerti, kau tak mungkin memaafkanku dengan mudah. Tapi yakinlah, hingga kini aku masih mencintaimu.

Aku rindu kulit cokelat lembutmu, senyum manismu, dekap hangatmu, yang hanya kau berikan padaku DULU. Dan rindu bagaimana kau memelukku pada saat Mei lalu pada ulang tahunku. Dan pertama kali saat kau melihatku meneteskan airmata. Mungkin ini hanyalah harapan. Mungkin ini hanyalah mimpi yang tak mungkin terwujud. Jika kita saling mencintai lagi, aku berjanji akan mencintaimu benar, melupakan semua kesombonganku.
Aku ingin memutar balik waktu. Tetapi aku tidak bisa. Dan jika semua keputusan ada di tanganmu, aku mengerti. Memang aku yang salah.

Masihkah kau beri maafmu padaku? Orang yang SEKARANG mencintaimu dan orang yang kau cintai DULU.