Kadang, menangis dapat melegakan hati kita. Tapi tidak semua masalah dapat diselesaikan hanya dengan menangis. - @nindandr
Kala itu, hujan di senja hari. Tidak ada yang aku lakukan, menatap langit-langit kamar kadang melirik layar handphone ku. Mendesah, lagi-lagi aku hanya melakukan hal seperti orang bodoh! Menunggu pesan pendekmu masuk. Tapi itu takkan mungkin terjadi, aku tau itu. Kau tak mungkin melakukan hal tak penting seperti itu hanya buat aku, itu suatu hal yang mustahil.
Aku menggigit bibir bawahku, rahangku mengeras, gerimis di pelupuk mata tak bisa kutahan lagi. HAHA! Aku menangis karenamu lagi. Tak cukupkah kau menggantungkan ini semua? Tak ada keputusan yang pastikah darimu? Sepatah kata yang kutunggu dari bibir mungilmu itu? Sial! Buat apa aku harus menyakiti diri sendiri seperti ini terus-menerus, kalau kau hanya acuh tak acuh terhadapku, menganggap semua ini remeh? Cinta itu gila, membuat kita tidak bisa berfikir secara rasional!
Mungkin kau takkan pernah membaca ini, melihat sekejap matapun tidak munkin, apalagi membaca hingga akhir paragraf ini. Mungkin kau tidak tau betapa usahaku menulis ini. Usahaku untuk mengundangmu berotasi di otakku, mengelilingi poros otak tengah, menjalar ke otak kiri, membias ke otak kanan. Hah! tak bisa kah kau lihat aku melantur memikirkanmu dan membuatku gila perlahan? Tak ada dasar apapun dan tak ada alasan apapun aku mengapa aku masih membiarkan jemariku menari dan menuliskan semua hal tentangmu, bahkan kau saja tak mau tau. Karena aku menemukan dirimu dalam setiap tulisanku. Maka dari itu, aku masih saja betah menulis ini.
Aku benci saat melakukan hal bodoh yang berhubungan denganmu. Itu tolol sekali. Membuat sistem respirasi ku tercekat, aliran darahku tersumbat, detak jantungku kian cepat. Tapi kau? tak ada yang berubah, normal-normal saja. Kau bahkan tak menanyakan kabarku, berhenti sejenak untuk memulihkan ragaku yang mulai 'sakit' ini. Dari jarak sejauh ini, mustahil jika aku bisa lagi menyorot bola mata hitammu dan menyerap sinarnya. Sinar yang tak lagi ada aku dimatamu.
Tak perlu lagi aku membiarkan air mataku terbujur kaku, menyerah saat menahan banjir yang tumpah di pelupuk mataku. Tapi ketauhilah, Aku yang sekarang adalah gadis yang kuat yang dulu belum kau kenal. Aku sedang membayangkanmu kali ini, mungkin hidungmu semakin mancung, mungkin seringai santaimu semakin manis, mungkin kau sibuk dengan kegiatan yang menyita waktumu dan mungkin kau telah melupakanku. Dan, izinkan aku menangis untuk kali ini saja, aku berjanji.
Kau mungkin berpendapat, jalanku dan jalanmu berbeda. Ah! kau tau? Biarlah Tuhan menyimpan rahasia dalam jemariNya untuk menyatukan jalan yang berbeda itu. Tapi ketauhilah, aku bukanlah bocah ingusan seperti dulu lagi, aku beranjak dewasa, dan kau pun juga. Aku tak suka permainan tentang cinta lagi. Kini aku serius. Keseriusan seorang gadis tentang pilihan cinta yang diambilnya. Hanya itu saja. Terdengar rumit bukan? Jadi izinkan aku menangis karenamu.
Kau, seseorang yang mengendap dalam sel otakku. Seseorang yang pernah terlupakan jemariku yang dulu sering menuliskan tentangmu.
Ditulis saat: Hidung tersumbat, kerongkongan tercekat, tak kuasa menahan gerimis di pelupuk mata, kegalauan menyerbu, sesekali melirik handphone yang tak kunjung datang satu pesanpun, tapi tetap menulis disaat orang yang ditulis tentangnya tidak memikirkannya sekalipun. :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar