"Vanilla Late satu" ujar pelayan itu membuyarkan segala lamunanku. Aku berada di Cafe Dixie saat ini. Sendirian. Ya, sendirian.
"Iya, terimakasih mbak" jawabku lalu pelayan itu pergi.
Aku mengaduk perlahan vanilla late ku. Berbagai kejadian lalu berkecamuk dalam pikiranku. Kemudian aku teringat sesuatu yang tadi sempat aku masukkan kedalam tas sebelum pergi ke kafe ini yang dikirimkan langsung kerumahku. Aku belum sempat membacanya. Aku mengaduk-aduk isi tas. Akhirnya aku temukan benda yang kucari...... sebuah undangan pernikahan?
Menikah? Siapa yang akan menikah? Di amplopnya tidak tertera nama pengirim. Dengan penasaran, aku buka isi amplop itu. Aku membaca dengan teliti nama yang tertera di undangan pernikahan itu. Aku tak percaya. Mario Heffin Barathayuda & Bianca Tamara Widhy. Aku rafal dua nama itu berulang ulang. Heffin dan Bianca akan menikah? Heffin baru berusia 23 tahun! Oh ayolah! Dan Heffin pernah bilang padaku bahwa Bianca lebih tua darinya.
"AH, SHIT!" umpatku. Ada seorang laki-laki yang tidak sengaja menumpahkaan sebagian jus alpukat yang dibawanya mengenai bajuku.
"Ah, sorry sorry.. Aku nggak sengaja. Ini aku ada tisu" ujarnya panik.
"Its okay, nggak papa" jawabku sambil memijat pelipisku. Entah kenapa terasa pusing sekali. Heffin dan Bianca akan menikah. Pikiran itu terus menghantuiku.
"Kamu kenapa? Sakit?" tanya laki-laki itu lagi masih panik melihatku yang terus memegang kepala. Heffin dan Bianca akan menikah.
"I'm ok--"
Lalu semuanya mendadak gelap. Aku tidak ingat apa-apa lagi.
***
Terang. Semuanya terang saat aku membuka mata. Aku ingat terakhir kali aku masih di kafe. Sekarang aku dimana? Mengapa badanku sulit sekali untuk digerakkan? Ruangan ini seperti kamar, bukan kamarku. Lalu kamar siapa?
"Hei, kamu udah sadar?" tanya sebuah suara. Refleks aku menoleh.
"Kamu siapa? Aku dimana? Kenapa aku disini?" tanyaku tak menanggapi pertanyaannya
"Jangan panik, aku Andru. Kamu ada dirumahku, tepatnya di kamar tamu. Tadi kamu tiba-tiba pingsan di kafe, terus aku bawa kesini. Dokter udah meriksa kamu, katanya kamu cuma lagi kebanyakan pikiran" jelas laki-laki bermata cokelat hazel itu.
"Hah?!" Otakku tak bereaksi. Butuh beberapa detik untuk mencerna itu semua. "Oh ya, aku mengerti" lanjutku.
"Oh ya, siapa namamu?" tanya Andru sambil tersenyum. Jujur, senyumnya manis sekali.
"Eh, eum aku Carissa" jawabku mengulum senyum.
"By the way.. aku minta maaf ya soal yang tadi di kafe. Gara-gara aku, bajumu jadi kotor gitu. Oh ya, ini aku bawain baju ganti. Ini punya adikku. Kamu pake aja dulu, mudah-mudahan pas dibadanmu" ujarnya ramah.
Aku melihat kearah baju itu "iya nggak papa, makasih ya. Kamu baik banget" lalu aku menatap mata hazelnya.
Ia terkekeh pelan "Aku keluar dulu ya" kata Andru kemudian berlalu pergi. Oh, Carissa mengapa kau dengan mudahnya percaya dengan orang baru? Bahkan yang baru aku kenal beberapa menit yang lalu. Ah entahlah, orang itu kelihatannya baik.
Ketika aku akan ke kamar mandi, aku melihat dompet tergeletak di meja. Apa itu dompet Andru? Dengan penasaran aku membukanya. Ada KTP dan kartu nama Andru disitu. Aku mengambil dan membacanya. Mahaka Andru Fathanino. 23 tahun. Lahir di Perancis. Belum menikah. Lalu aku membaca kartu namanya. Cukup tertera Andru Fathanino. Direktur. Dan sederet no handphone nya. Aku memembalik kartu nama itu. 'Mahaka Coorperation'.
Aku membacanya lagi tak percaya. Direktur Mahaka Coorperation? Setauku, Mahaka adalah salah satu perusahaan terbesar di Jawa. Menarik. Aku lalu mengambil satu kartu namanya dan menyimpannya di tas. Lalu aku bergegas menuju kamar mandi.
***
Aku memang berniat untuk cepat-cepat bergegas pulang. Sampai di halaman depan, aku bertemu dengan bibi yang sedang menyapu halaman rumah Andru yang super megah ini.
"Non, temennya den Andru ya?" tanya bibi yang tidak kuketahui namanya itu.
"Iya bi, Andru nya kemana ya? Saya mau pamit pulang soalnya" tanyaku.
"Oalah non, tadi den Andru pergi buru-buru ke kantor katanya ada urusan. Mau titip pesan ndak buat den Andru?"
"Bi, tolong bilangin terimakasih banyak sama Andru buat tadi udah repot-repot bantuin saya. Makasih banyak ya bi. Saya pamit dulu" ujarku pada bibi itu.
"Oh ya, baik non" sahutnya.
"Asalamuallaikum"
"Wallaikumsalam"
Dan aku menuju motor vespa ku yang telah terparkir rapi. Kemudian menstarter vespaku lalu melaju pergi menjauh dari rumah megah milik seseorang yang baru aku kenal beberapa jam yang lalu. Andru Fathanino. Direktur perusahaan Mahaka. Perusahaan terbesar di Jawa. Andru, pemilik mata hazel dan berdarah Indo-Perancis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar