"Selamat ulangtahun ya sayang" ujar Serra menghampiriku sambil mencium pipi kanan dan kiriku.
"Makasih banyak Serra" jawabku sembari tersenyum, lalu Serra masuk ke dalam ruangan.
Malam ini adalah malam pesta perayaan ulangtahun sweet seventeen ku. Aku masih berdiri diluar ruangan pesta. Berdiri disamping banner besar bertuliskan 'Kiara's Sweet 17th'. Teman-temanku satu persatu mulai berdatangan. Ucapan selamat ulangtahun terus membanjiri ballroom hotel tempat aku merayakannya. Aku hanya bisa mengucapkan terimakasih dan tersenyum semampuku sembari melongok ke arah luar. Orang yang kutunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Orang itu.
Aku memutuskan untuk masuk ke dalam ballroom hotel yang sengaja ku desain berwarna serba merah karena waktu terus berjalan. Ikut berbaur dengan tamu-tamu yang ada. Teman-temanku, sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku, adik-adikku, semua ada, kecuali satu. Orang itu. Mataku terus terpaku, menatap cemas pintu masuk, berharap dia berjalan memasuki ruangan ini, melalu pintu itu.
"Kiaraaa, happy sweet seventeen ya darling. I wish nothing but the best for you" ujar Bianca membuyarkan lamunanku.
"Thankyou sayang" jawabku sedikit memaksakan senyum.
Dan semua ini seperti bergerak sangat lambat. Aku berdiri mematung, di depan puluhan orang yang tertawa-tawa bahagia mereka dengan gaun pestaku. Aku memang tidak ingin membuat mereka terkesan. Mataku terus menatap setiap sudut dalam ruangan ini. Tetapi ada satu yang hilang. Dia tidak datang. Biarlah mereka berkata semaunya. Aku tak akan mendengar suara sumbang mereka. Karena mereka sama sekali tidak mengerti.
Setelah acara tiup lilin dan potong kue, aku keluar dari kerumunan. Aku hanya ingin sendiri saat ini. Kamar mandi menjadi tujuan utamaku. Aku menatap refleksi diriku di cermin. Berusaha semampuku untuk tidak jatuh, air mataku tergenang dipelupuk mata. Menunggu untuk menjatuhkan dirinya.
"Kiara, are you ok?" tanya sebuah suara. Ternyata itu Yarra, sahabatku.
Aku memunggunginya, mengacungkan tangan kananku dan jariku membentuk tanda bahwa semuanya baik-baik saja. "Everything's okay Yar"
"I know you're not Ra, i'm your bestfriend" timpalnya. Aku menangis. Aku tidak dapat menahan air mataku lagi. "Apa dia benar-benar akan datang Ra?" lanjutnya
"Dia bilang, dia bakal datang" ujarku putus asa
Apa yang bakal kamu lakukan ketika airmatamu menetes di pipimu di depan orang-orang yang kamu kenal? Dan orang-orang itu memasang tampang iba padahal saat itu seharusnya adalah hari bahagiamu? Apa yang bakal kamu lakukan ketika orang yang sangat berarti bagimu dan sangat kamu sayangi adalah satu-satunya orang yang tidak datang di hari bahagiamu? Bahkan mungkin lupa dengan hari ulangtahunmu?
Seharusnya kamu ada disini, Fauzan. Seharusnya kamu berdiri di depan pintu itu, dengan senyum khasmu yang sangat aku suka. Dan seperti ribuan bintang, aku merasa sangat bahagia malam ini. Seharusnya kamu adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulangtahun. Tapi, salahkah aku berharap banyak pada hari ulangtahunku? Aku hanya berharap kamu ada disini, disampingku Fauzan.
Dan aku akan sangat merasa bahagia. Ini sekedar pengharapan nyata.
Tapi tidak kali ini. Aku kecewa, Fauzan.
The Moment I Knew - Taylor Swift
Tidak ada komentar:
Posting Komentar