Welcome to iniadalahcurhatku.blogspot.com | Please do not copy anything, hargai karya orang lain. Thankyou.

Minggu, 19 Mei 2013

Rewind Button [FLASHFICTION]



Mengapa mencintaimu begitu sulit? Kamu sulit untuk kuraih dan kugapai.

Aku terdiam. Terus menggigit bibir bawahku. Sudah beberapa jam terakhir ini aku duduk termenung disini menunggu langit berhenti menangis. Bersama kedua sahabatku, Liana dan Izhar. Bel pulang sekolah memang sudah sedari tadi berbunyi, tapi hujan deras meruntuhkan niatku untuk pulang ke rumah. Aku memandang ke arah lapangan basket. Anak-anak laki-laki penghuni asrama sekolah memunculkan diri untuk melaksanakan aksinya bermain bola. Aku terpaku. Bagiku, semuanya tak menarik.

Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore. Semua sibuk dengan aktivitas masing-masing. Liana sibuk dengan laptopnya dan Izhar sibuk menonton bola. Aku? Tak ada yang kulakukan selain berdiam diri. Lalu, dengan tiba-tiba, sosok itu datang. Sosok yang kurindukan lewat tepat dihadapanku. Dia yang menggunakan baju merah, berjalan dengan santainya tanpa menyadari aku disitu.

"Alan...." aku  mendesis. Liana menoleh

"Dimana dia?" tanya Liana menatapku.

"Yang pake baju merah. Barusan lewat." jawabku tetap memandang kosong ke arah lapangan basket

Liana memiringkan kepalanya "Lalu, dia pura-pura tidak melihatmu? Atau dia memang tidak melihatmu?"

"Aku tidak tau. Aku sangat rindu padanya" kataku

"Aku tau itu" Liana kembali sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang ia mainkan

Tak berapa lama, sosok yang kunantikan itu lewat tepat dihadapanku lagi. Mustahil jika kali ini dia tidak melihatku. Aku merindukan segala hal yang ada pada dirinya. Cara berjalannya yang khas, senyumnya yang tulus, rambut ikalnya. Alan... Alan... Alan...

"Lan, kamu jangan lupa save nomer baruku ya" ujarku tersenyum sambil mensejajari langkahnya yang lebar menuju parkiran sekolah
Alan menoleh lalu berhenti berjalan dan menatapku "Emang kamu siapa? Aku pernah kenal ya sama kamu?"
"Jadi, nggak kenal nih? Oh yaudah" jawabku sambil melipat tangan di dada
Alan tertawa renyah melihatku cemberut "Kenalan dong makanya.." katanya. "Halo, aku Alan Bramantya. Dipanggil Alan. Sendirinya?" lanjutnya
"Aku Andania Renata. Panggil aja Dania. Hehehe" aku nyengir lebar
"Tuh temenku ada yang mau kenalan sama kamu Dan. Cie cie" ujarnya
Aku memiringkan kepalaku "Siapa Lan?"
"Kepo deeeeh" ia menjulurkan lidahnya
"Ih Alaaaaaaaann!" teriakku. Lalu ia berlari menghindari cubitanku

Kenangan-kenangan itu terus berlalu lalang dalam otakku. Memutar kembali memori-memori yang dulu pernah aku lewati bersama Alan. Seperti tombol rewind di film-film. Tapi aku sadar, ini bukan film. Kenangan itu akan terus menjadi kenangan.

"Daniaa!" teriak suara yang sangat kukenal
Aku menoleh "Apa?"
"Menurut kamu, anak futsal tuh gimana?" tanyanya cengengesan
"Jadi, kamu lari-lari kesini cuma tanya gituan?" aku kembali sibuk memainkan laptopku
"Jawab aja deh Dan. Anak futsal tuh ganteng-ganteng kan ya?" tanyanya menaikkan sebelah alisnya
Aku menghentikan pekerjaanku "hmm.. menurut aku sih emang ganteng-ganteng"
Dia tersenyum "Berarti aku ganteng dong"
"Kalo kamu ganteng, berarti aku cantik. Yeee" ujarku tak mau kalah
"Jangan ngaku cantik kalo belum pacaran sama anak futsal" katanya, air mukanya berubah serius
"Yang penting bukan sama kamu ya Lan. Hahahaha" ujarku mencubit pipinya
"Aku seriusan Daaaann" ujarnya cemberut membuatku semakin ingin tertawa

Sosok itu lewat kembali membuyarkan segala ingatanku. Ia kembali bersama teman-temannya. Alan sudah berganti baju dengan jersey berwarna biru dan berlogo Manchester United di dada kirinya, bercelana pendek, dan bersepatu bola. Ia memang tergabung dalam tim futsal sekolah. Hari ini dia latihan.

"Cie yang ultah. Happy birthday ya Alan. Semoga makin segalanya yang baik-baik, makin sukses dan keren main bolanya. Semoga tetep jadi Alan-nya Dania ya. Ehehehe" ujarku pada Alan
Alan tersenyum simpul "Yoiii, makasih ya Dania kecil. Ehehe"
"Fans-fans kamu ditwitter pada ngucapin tuh. Sana dibales, biar mereka seneng" aku nyengir kuda
"Aku lagi nggak twitteran nih. Kan aku lagi sama kamu Dan" Ia tersenyum lagi

"Dan? Dan? Dania...!!" suara cempreng Izhar membuyarkan lamunanku

"Hah? Iya Zhar?"

"Hujan udah berhenti tuh. Kamu nggak mau pulang emang?" tanya Izhar

Aku mendongak "Oh iya, kamu pulang sekarang Li?" tanyaku pada Liana

"Iya Dan, udah sore juga" jawab Liana

"Eh yaudah, aku pulang duluan ya Dan, Li" timpal Izhar berlalu pergi

Liana menoleh padaku "Kamu pasti habis ngelamunin Alan ya?"

"Siapa lagi Li" aku menunduk

"Kayak nggak ada cowok lain aja sih Dan, kamu nggak bisa gini terus" ujarnya

"Tapi aku sayang sama Alan, Li. Kamu nggak tau perasaan aku" kataku melemah

Liana menghela nafas "Kamu itu cantik Dan. Banyak cowok lain yang mau sama kamu. Mereka bisa kasih kamu kepastian."

Aku terus menunduk "Tapi cuma Alan yang aku tunggu. Cuma Alan yang mau aku perjuangin Li"

"Dania.. setiap hati itu butuh kepastian. Alan belum bisa kasih itu." ujarnya putus asa

"Aku percaya Alan bisa" aku menahan air mata yang membanjiri pelupuk mata.

Liana mendesah "Aku bingung sama jalan pikirmu Dan. Aku mau pulang dulu" Liana berjalan perlahan meninggalkanku yang terpaku. Siluet-siluet Alan terus berkelebatan dalam pikiranku.


Liana benar. Setiap hati memang butuh kepastian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar